Geomorfologi,
Geomorfologi
A. Pengertian Geomorfologi
Geomorfologi (geomorphology) adalah ilmu bentuk muka bumi
beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi juga bias salah satu
bagian dari geografi. Dimana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu
geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas
sebagai cangkupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada
satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform) (2012)
B. Bentuklahan
Menurut Strahler (1983), bentuklahan adalah konfigurasi
permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984)
menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan
lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan
geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai
relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari
proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu.
Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur
dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (Zmit, 2013).
Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk
oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal
dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut
terdapat.
C.
Klasifikasi Bentuklahan
Berdasarkan klasifikasi yang
dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat
diklasifikasikan menjadi 8 satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat
masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan
bentuklahan tersebut adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
1. Bentuklahan asal struktural
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses
endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan
pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada
awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol
struktural. Bentuklahan asal struktural adalah sebagai berikut (Suhendra,
2009).
a. Pegunungan blok sesar (simbol : S1)
b. Gawir sesar (simbol : S2)
c. Pegunungan antiklinal (simbol : S3)
d. Perbukitan antiklinal (simbol : S4)
e. Perbukitan atau pegunungan sinklinal
(simbol : S5)
f. Pegunungan monoklinal (simbol : S6)
g. Pegunungan atau perbukitan kubah
(simbol : S7)
h. Pegunungan atau perbukitan plato
(simbol : S8)
i. Lembah antiklinal (simbol : S9)
j. Hogback atau cuesta (simbol
: S10)
2.
Bentuklahan
asal denudasional
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari
proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan.
Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga
batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil
yang berupa fragmen, kemudian oleh aktivitas erosi soil dan abrasi, tersangkut
ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Pegunungan terkikis (simbol : D1)
b. Perbukitan terkikis (simbol : D2)
c. Bukit sisa (simbol : D3)
d. Perbukitan terisolir (simbol : D4)
e. Dataran nyaris (simbol : D5)
f. Kaki lereng (simbol : D6)
g. Kipas rombakan lereng (simbol : D7)
h. Gawir (simbol : D8)
i. Lahan rusak (simbol : D9)
3. Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik)
Volkanisme adalah berbagai fenomena
yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi.
Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut
bentuk lahan gunungapi atau vulkanik. Bentuklahan asal gunungapi adalah sebagai
berikut (Suhendra, 2009).
a. Kepundan (simbol : V1)
b. Kerucut gunungapi (simbol : V2)
c. Lereng gunungapi (simbol : V3)
d. Kaki gunungapi (simbol : V4)
e. Dataran kaki gunungapi (simbol : V5)
f. Dataran kaki fluvio gunungapi
(simbol : V6)
g. Padang lava (simbol : V7)
h. Lelehan lava (simbol : V8)
i. Aliran lahar (simbol : V9)
j. Dataran antar gunungapi (simbol :
V10)
k. Leher gunungapi (simbol : V11)
l. Boca (simbol : V12)
m. Kerucut parasiter (simbol : V13)
4. Bentuklahan asal fluvial
Bentuklahan asal proses fluvial
terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan
dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang
berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur
horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus. Bentuklahan asal
fluvial adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Dataran aluvial (simbol : F1)
b. Rawa, danau, rawa belakang (simbol :
F2)
c. Dataran banjir (simbol : F3)
d. Tanggul alam (simbol : F4)
e. Teras sungai (simbol : F5)
f. Kipas aluvial (simbol : F6)
g. Gosong (simbol : F7)
h. Delta (simbol : F8)
i. Dataran delta (simbol : F9)
5. Aluvial Plain / Kipas Darat
Bentang lahan kipas aluvial
merupakan hamparan bahan aluvial yang
bermula dari suatu mulut lembah di daerah pegunungan, kemudian memasuki wilayah
dataran. Dari mulut lembah tersebut,
endapan menyebar dengan sudut kemiringan makin landai. Fraksi kasar akan terakumulasi
di dekat mulut lembah, sedangkan fraksi halus akan terdapat pada daerah
dataran. Sungai yang mengalir di daerah kipas cenderung berubah-ubah arah,
karena pembendungan di daerah hulunya oleh fraksi kasar. Kipas aluvial dapat
terjadi pada kaki gunung api, kaki tebing dari gawir sesar, atau pada lembah di
bawah suatu lembah lain, tergantung pada kondisi dan posisi daerah erosi. Pada
daerah beriklim kering, di kaki pegunungan sering dijumpai akumulasi endapan
dari longsoran batuan dengan lereng yang landai dan berangsur datar. Daerah
tersebut dinamakan rock pediment, rock
plane atau conoplain. Daerah yang
terletak antara daerah erosi dan daerah endapan disebut zone of planation. Jika akumulasi endapan hasil longsoran tersebut
berbentuk kipas disebut pula rock fan.
6. Bentuklahan asal marin
Aktivitas marin yang utama adalah abrasi, sedimentasi,
pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh
akvifitas marin berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai.
Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi
terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektivitas proses
abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari
kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir
lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air
laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun. Bentuklahan asal marin adalah
sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Gisik (simbol : M1)
b. Dataran pantai (simbol : M2)
c. Beting pantai (simbol : M3)
d. Laguna (simbol : M4)
e. Rataan pasang-surut (simbol : M5)
f. Rataan lumpur (simbol : M6)
g. Teras marin (simbol : M7)
h. Gosong laut (simbol : M8)
i. Pantai berbatu (simbol : M9)
j. Terumbu (simbol : M10)
7. Bentuklahan asal pelarutan
Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada
batuan yang mudah larut. Karst adalah suatu kawasan yang mempunyai
karekteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan keterlarutan
batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak selalu pada batu gamping,
meskipun hampir semua topografi karst tersusun oleh batu gamping. Bentuklahan
asal pelarutan adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a.
Dataran
karst (simbol : K1)
b.
Kubah
karst (simbol : K2)
c.
Lereng
perbukitan (simbol : K3)
d.
Perbukitan
sisa karst (simbol : K4)
e.
Uvala
atau polye (simbol : K5)
f.
Ledok
karst (simbol : K6)
g.
Dolina
(simbol : K7)
8.
Bentuk
lahan asal Eolin (angin)
Gerakan
udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan
proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan
pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan
menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Bentuklahan asal eolin adalah sebagai
berikut (Suhendra, 2009).
a.
Gumuk
pasir (simbol : E1)
b.
Gumuk
pasik barkan (simbol : E2)
c.
Gumuk
pasir pararel (simbol : E3)
9.
Bentuklahan
asal glasial
Bentukan ini
tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di
puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal glasial dihasilkan oleh
aktivitas es (gletser) yang
menghasilkan suatu bentang alam (Suhendra, 2009).
Semua satuan
bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri
tertentu. Dengan demikian maka, dengan mengenal nama satuan bentuklahan akan
dapat dibayangkan sifat alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting
terutama dalam konteks kajian lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis, maupun
kultural (Suhendra, 2009).
D.
Satuan
bentuklahan
Satuan lahan adalah bagian dari lahan yang mempunyai karakteristik yang
spesifik. Sembarang bagian dari lahan yang menggambarkan karakteristik lahan
yang jelas dan nyata, tidak peduli bagaimana caranya dalam membuat
batas-batasnya, dapat dipandang sebagai satuan lahan untuk evaluasi lahan.
Namun demikian evaluasi lahan akan lebih mudah dilakukan apabila satuan lahan
didefinisikan atas kriteria-kriteria
karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan(FAO,1990).
Peta satuan lahan dapat menggunakan
pendekatan geomorfologi, yaitu dengan memperhatikan:
1.
Lereng
Lereng atau kondisi topografi suatu wilayah
memrupakan hal yang penting dalam pembuatan peta satuan lahan. Kemiringan
lereng dapat dihitung dari peta topografi. Besarnya indeks panjang dan
kemiringan lereng dapat ditentukan dengan cara mmenghitung kerapatan garis
kontur per saatuan panjang.
2.
Bentuklahan
Informasi geomorfologis suatu daerah
sangat penting untuk diketahui dan dipahami terutama kaitannya dengan
permasalahan lingkungan yang pernah, sedang atau akan terjadi. Proses-proses
geomorfologis yang mencakup proses endogenik dan eksogenik yang terjadi pada
kala umur manusia dapat dipahami dan diinterpretasikan dari satuan-satuan
bentuklahan yang menyusun suatu daerah. Analisis morfoometri, morfogenesis,
morfokronologi dan morfoaransemen merupakan kunci dalam memahami proses-proses geomorfologi
suatu daerah. Untuk itu, informasi geomorfologi ini sangat pening dalam penyusunan
dan pembuatan peta satuan lahan.
3.
Geologi
Permukaan bumi memiliki struktur geologi yang bervariasi. Struktur
geologi dapat dibedakan menjadi : horizontal, dome, lipatan, patahan, vulkan,
dan kompleks. Oleh Proses geomorfologis bentukan struktural tersebut mengalami
perkembangan menurut tingkatannya, sehingga dalam penentuan satuan bentuk
lahan, selain struktur, tingkat perkembangannya atau proses yang bekerja dipertimbangkan
juga, selain proses pada pembentukan awal
4.
Tanah
Faktor iklim dan organisme yang merupakan
proses geomorfologi pada satuan bentuklahan tercermin pada proses pembentukan
tanah. Proses geomorfologi merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
ikliim, organisme, batuan serta relief. Pemahaman yang komprehensif mengenai
satuan tanah akan menggambarkan persebaran lahan yang ada di suatu daerah.
5.
Penggunaan lahan
Penggunaan lahan merepresentasikan campur
tangan kegiatan manusia di lahan yang dapat mendegradasi ataupun mengagradasi
suatu lahan. Untuk itu, informasi mengenai penggunaan lahan merupakan faktor
penting dalam pembuatan satuan lahan.
D. Sumberdaya Lahan
Sumber
daya lahan adalah segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat di lingkungan
fisik dimana meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi yang ada.
Dari semua faktor yang ada tersebut dapat mempengaruhi potensi dalam penggunaan
lahannya, termasuk di dalamnya adalah akibat dari kegiatan-kegiatan manusia
baik di masa lalu maupun masa sekarang. Sebagai contoh adalah penebangan hutan
dan penggunaan lahan baik untuk pertanian maupun untuk bidang lainnya. Kaitan
dengan lahan tersebut maka diperlukan suatu interpretasi lahan agar kita
dapat melihat beragam komponen lahan
dari berbagai segi, baik mengenai luasan, lokasi, potensi yang ada, nilai
ekonomi, ekosistem yang berkembang dan sifat dari tiap komponen tersebut.
Comments
Post a Comment