LAPORAN ANALISIS WILAYAH

LAPORAN ANALISIS WILAYAH


unp


Oleh :


KELOMPOK 1
  1. Fadli Afrianto
  2. Ilham Bagus Perdana
  3. Alfajri
  4. Riyanto
  5. Fitraanto
  6. Brendi
  7. Alifadjri


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014







BAB 1
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Analisa wilayah merupakan bidang kajian Geografi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang karakteristik wilayah secara umum maupun khusus, sehingga dapat menentukan ciri khas dan keunikan dari suatu wilayah. Secara umum wilayah dapat diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal tertentu dari daerah lainnya. Sedangkan secara khusus wilayah merupakan satu kesatuan area di permukaan bumi yang memiliki ciri dan keunikan tertentu sehingga terjadi hubungan yang komplek antara unsur fisik dan unsur sosial.
 Kabupaten Padang Pariaman yang diambil sebagai sampel dalam mata kuliah Analisa Wilayah. Wilayah ini memiliki daerah yang luas dengan berbagai potensi dan kendala setiap wilayah, sehingga menarik untuk dianalisis lebih lanjut. Kabupaten Padang pariaman merupakan suatu wilayah yang memiliki sumber daya alam yang baik untuk yang melimpah, namun potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah ini masih belum diketahui dan masih memerlukan analisa lebih lanjut untuk dapat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki wilayah ini dan kemana arah pengembangannya.
Pada hakikatnya, perencanaan tata ruang selama ini sering kalah cepat jika dibandingkan dengan perkembangan penggunaan ruang itu sendiri. Padahal perkembangan ruang tanpa perencanaan yang matang dapat mengakibatkan penyalahgunaan lahan yang berdampak dalam bidang material dan menimbulkan kerugian baik dibidang ekonomi maupun bagi  lingkungan itu sendiri. Dengan demikian diperlukan adanya perencanaan dalam penataan ruang di suatu wilayah yang eratt kaitannya dengan aspek fisik.  Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik untuk menganalisis kenampakan fisik  Kecamatan Batang Gasan dan Empat Koto Aur Malintang Kabupaten Padang pariaman yang berkaitan dengan fisik dasar, fisik binaan, ekonomi wilayah dan sumber daya penduduk.


  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang nasalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
  1. Bagaimanakah gambaran umum dari KecamatanBatang gasan dan empat koto aur malintang ?
  2. Bagaimanakah kondisi dari potensi fisik dari Kecamatan Batang Gasan dan Empat koto Aur malintang ?


  1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui gambaran umum kecamatan Batang Gasan dan Empat Koto Aur Malintang
  2. Untuk mengetahui kondisi dan potensi fisik kecamatan Batang Gasan dan Empat Koto Aur Malintang


  1. Manfaat Penelitian
Manfaat dari laporan penelitian ini adalah:
  1. Sebagai syarat lulus matakuliah Analisa Wilayah di Program Pendidikan Geografi
  2. Sebagai acuan peningkatan pembelajran Analisa Wilayah untuk masa datang
  3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi daerahnya sendiri
  4. Sebagai bahan pertimbangan bagi wilayah yang bersangkutan  dalam pembuatan kebijakan dan pembangunan wilayah.
BAB II
ANALISIS FISIK WILAYAH


    1. Gambaran Umum Kondisi Fisik
Padang Pariaman adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera BaratIndonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.328,79 km² dan populasi 391.056 jiwa (Sensus Penduduk 2010)..Ibukota Kabupaten Padang Pariaman adalah Parit Malintang.
Posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman yang terletak antara 0°11' – 0°49' Lintang Selatan dan 98°36' – 100°28' Bujur Timur, dengan luas wilayah sekitar 1.328,79 km² dan panjang garis pantai 60,50 km². Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15 persen dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Suhu udara berkisar antara 24,4° C – 25,7° C, jadi untuk rata-rata suhu maksimum 31,08° C dan rata-rata suhu minimum yaitu 21,34° C, dengan kelembapan relatif 86,75 %. Rata-rata curah hujan secara keseluruhan untuk Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2007 adalah sebesar 368,4 mm, dengan rata-rata hari hujan sebanyak 19 hari per bulan dan kecepatan angin rata-rata yaitu 2.14 knot/jam.
Padang Pariaman adalah kabupaten dengan luas wilayah terkecil di Sumatera Barat, yakni 1.328,79 km². Padahal dahulunya kabupaten ini pernah memiliki luas wilayah terbesar di Sumatera Barat (dikenal dengan istilah Piaman Laweh atau Pariaman Luas), sebelum diperluasnya Kota Padang pada tahun 1980 dengan memasukan sebagian wilayah dari kabupaten ini, serta dimekarkannya Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 1999 dan Kota Pariaman pada tahun 2002.
    1. Peta Dasar
Untuk menganalisis aspek fisik yang terdiri dari kesesuaian dan kemampuan lahan, rawan bencana, dan kekritisan DAS  ini diperlukan peta dasar, yaitu:
Bahan
        1. Peta Topografi daerah Kab. Pasaman Barat  skala 1 : 50.000
        2. Peta Jenis tanah daerah Kab. Pasaman Barat  skala 1 : 50.000
        3. Peta Geologi daerah Kab. Pasaman Barat  skala 1 : 50.000
        4. Peta Penggunaan Lahan Existing daerah Kab. Pasaman Barat  skala 1 : 50.000
        5. Peta Curah hujan daerah Kab. Pasaman Barat  skala 1 : 50.000
Alat
  1. Peta dasar
  2. Kertas minyak
  3. Pena OHP
  4. Penggaris
  5. Pensil warna
  6. Penghapus
  7. Kertas kalkir
  8. Pena Rapido
  9. Kertas Milimeter
  10. Spidol Warna
  11. Pensil


    1. Analisis Fungsi Kawasan
Untuk melakukn analisis fungsi kawasan  pada wilayah Kecamatan Batang Gasan dan IV Koto Aur Melintang ,maka diperlukan 3 jenis peta yaitu:
  1. Peta kemiringan lereng
  2. Peta jenis tanah
  3. Peta curah hujan
Kemudian penetapan fungsi kawasan dilakukan dengan menjumlahkan nilai skor dari ketiga jenis peta itu setelah dioverlay. Besarnya jumlah nilai skor tersebut merupakan nilai skor kemampuan lahan untuk masing - masing satuan lahan. Kemudian setelah skor dijumlahkan maka ditetapkan penggunaan lahan pada setiap kawasan dengan kriteria:


No.
Skor
Harkat
1
< 100
Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim dan permukiman
2
100 – 124
Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan
3
125 – 174
Kawasan fungsi penyangga
4
>  174
Kawasan fungsi lindung
  Tabel. 1. Arahan Fungsi Kawasan


Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. 683/Kpts/Um/8/1961 serta keputusan Presiden No. 48/1983 terdapat 3 faktor yang dinilai yaitu ketentuan nilai skore kelerangan, ketentuan nilai skor jenis tanah (sub-groups) dan ketentuan nilai skore curah hujan harian, adapun nilai skorenya sebagai berikut:


Tabel 2. Ketentuan nilai Skore Kemiringan (lereng) lahan
KELAS
LERENG
DESKRIPSI
NILAI SKORE
1
0% - 8%
Datar
20
2
9% - 15%
Landai
40
3
16% - 25%
Agak Curam
60
4
26% - 40%
Curam
80
5
41% atau lebih
Sangat Curam
100
 
Tabel 3. Ketentuan Nilai Skore Jenis Tanah (sub-groups)
KLASIFIKASI TANAH
KELAS
PUSLITAN BOGOR
NILAI SKORE
1
Tropopsamments
30
2
Dystropepts
60
3
Tropoquepts
15
4
Dystrandepts
60


Tabel 4. Ketentuan Nilai Skore Data Curah Hujan Harian
KELAS
CURAH HUJAN
DESKRIPSI
NILAI SKORE
1
s/d 13,6 mm/hr
Sangat rendah
10
2
13,6 s/d 20,7 mm/hr
Rendah
20
3
20,7 s/d 27,7 mm/hr
Sedang
30
4
27,7 s/d 34,8 mm/hr
Tinggi
40
5
34,8 >
Sangat tinggi
50


Tabel 5. Hasil Analisis Fungsi Kawasan
NO
Fungsi Kawasan
Luas
Hasil Analisa
Kesimpulan
1
Kawasan tanamann semusim
18,5  km2,
Kawsan ini memiliki skor <100 sehingga kawasan ini dijadikan kawasan tanaman semusim dengan kemiringan lereng <8% dengan itensitas hujan  s/d 13,6 mm/hr
Kawasan ini  cocok untuk kawasan tanaman semusim dan permukiman
2
Kawasan budidaya tanaman tahunan
83,3  km2,  
Kawasan ini memiliki skor < 125 sehinga kawasan ini dijadikan kawasan budidaya tanaman tahunan dengan intesitas hujan 13,6 s/d 20,7 mm/hr
Kawasan ini sangat cocok untuk kawasan budidaya tanaman tahunan, dimana kawa budidaya tahunan  adalah Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti Hutan Produksi Tetap, HutanTanaman Industri, Hutan rakyat, Perkebunan (tanaman keras), dan tanaman buah - buahan.Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi budidayatanaman tahunan apabila besarnya nilai skor kemampuan lahannya ≤ 124 sertamempunyai tingkat kemiringan lahan 15 - 40%
3
Kawasan penyangga
86,75  km2
Kawasan ini memiliki skor 125-174 sehingga kawasan ini memiliki fungsi sebagai kawasan penyanga dengan itensitas hujan 20,7 s/d 27,7 mm/hr
Kawasan ini sangat cocok untuk kawasan penyangga,dimana kawasan penyangga adalah Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindungdan  berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan kawasanfungsi budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras),kebun campur dan lainnya yang sejenis.Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabilabesarnya nilai skor kemampuan lahannya sebesar 125 -174


Keterangan tabel:
  1. Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim dan permukiman
Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim dan permukiman adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya yang diusahakan dengan tanaman semusim dan permukiman, terutama tanaman pangan.
  1. Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan
Wilayah yang dikembangkan untuk usaha tani tanaman tahunan. Seperti hutan produksi tetap, tanaman industry.
  1. Kawasan fungsi penyangga
Wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budidaya. Seperti hutan produksi terbatas, perkebunan, kebun campuran, dll.


Berikut peta fungsi kawasan
C:\Users\vad_lea\Desktop\New folder\20141124_145410.jpg
2.4 Daya Dukung Lahan
Untuk mengetahui daya dukung lahan pada kawasan Budidaya dengan asumsi bahwa penduduknya 100% bekerja di bidang pertanian menggunakan rumus
x=Luas KB (Ha)2 (ha)  
2 ha dalam rumus diasumsikan bahwa setiap kelapa keluarga (KK) membutuhkan 2 ha untuk menghidupi keluarganya.
Untuk menghitung luas Kawasan Budidaya digunaka metode squre maka didapatkan hasil
  • Kawasan Budidaya = 8330  Ha
  • Kawasan Tanaman Semusim = 1850 Ha
  • Kawasan Penyangga = 8675 Ha
Maka x=Luas KB (Ha)2 (ha)
= 8330 ha2 ha
= 4165 KK (diasumsikan bahwa setiap KK memiliki 5 orang), jadi 4165 x 5 orang = 20825 orang. Maka daya dukung lahan kawasan budidaya jika diasumsikan 100% bekerja dibidang pertanian ialah 20825 orang, sedangkan jumlah penduduk di kedua kecamatan  ialah 29552 orang, maka kesimpulannya ialah kedua kecamatan tersebut telah melebihi daya dukung lahan yang diberikan.


    1. Analisis Kemampuan Lahan
Metode  yang digunakan dalam analisis Kemampuan lahan adalah metode matching yang terdiri dari:
  1. weight factor matching,
Adalah teknik  matching  untuk mendapatkan faktor pembatas  yang paling berat dan kelas kemampuan lahan.
  1. Arithmatic matching,
Adalah teknik matching  dengan mempertimbang kan faktor yang dominan   sebagai penentu kelas kemampuan lahan
  1. Subjective matching
Adalah teknik matching  yang didasarkan pada subyektivitas peneliti. Hasil pada teknik  subjective matching sangat tergantung pada pengalaman peneliti.


Setelah dilakukan analisis  Padang Pariaman Kecamatan Batang Gasan dan IV Koto Aur melintang dengan melihat kriteria kemampuan lahan kemudian dilalukanlah  pen skoran setiap  indikator  diantaranya kemiringan  lereng,  drainase, kepekaan erosi, dan banjir. Maka Kecamatan Batang Gasan dan IV Koto Aur melintang  memiliki  kemampuan lahan  ada 4 jenis :
C:\Users\vad_lea\Desktop\New folder\20141124_145852.jpg
  1. Kemampuan lahan klas 1 memiliki luas 40 km2
Yaitu lahan ini memiliki sedikit hambatan yang membatasi penggunaanya. Lahan klas ini sesuai dengan berbagai penggunaan pertanian. Karakteristik lahannya antara lain memiliti topografi yang hamper datar , ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam, drainase baik, subur dan responsive terhadap pemupukan tidak terancam banjir dan berada dibawah iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.
  1. Kemampuan  lahan II, memiliki luas 11,25 km2.
Yaitu lahan yang memiliki kendala yang mengurangi pilihan penggunaanya atau memerlukan tindakan konservasi sedang. Lahan ini membutuhkan pengelolaan tanah secara hati-hati termasuk tindakan konservasi tanah untuk mencegah kemerosotan tanah. Tanah kelas II ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang rumput, padang pengembalaan, hutan produksi hutan lindung, dan cagar alam.
  1. Kemampuan lahan III, memiliki luas 84,75 km2.
Yaitu lahan memilki kendala yang berat sehingga mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan konservasi khusus atau keduanya. Lahan ini dapat digunakan untuk tanaman semusim , padang pengembalaan, hutan produksi, hutan lindung dan suaka marga satwa.


  1. Kemampuan lahan IV memiliki luas 53 km2
yaitu lahan ini memiliki kendadala dan kerusakan tanaman lebih besar sehingga pilihan tanman juga terbatas. Lahan ini cocok untuk tanaman semusin hutan lindung dan hulan alam.





































2.5 Kawasan Bencana Banjir Dan Langsor
  1. Analisis Rawan Bencana
Dalam Peraturan Mentri Pekerjaan Umum kawasan rawan bencana di Indonesia digolongkan kepada 2 jenis, yaitu kawasan rawan bencana longsor dan kawasan rawan bencana banjir
Metode yang digunakan dalam analisis rawan bencana longsor dan Banjir yaitu metode Scoring  (pengharkatan) adalah metode pemberian skor/harkat  terhadap masing-masing nilai parameter lahan untuk menentukan tingkat kemampuan lahannya. terdiri dari;
  1. Penjumlahan : teknik scoring  yang dilakukan secara obyektif berdasarkan harkat yang diberikan kepada tiap variabel variabel yang nilanya sudah ditentukan pada satuan lahan yang dijumlahkan sehingga didapat nilai kemampuan lahan.
  2. Perkalian/pembobotan. adalah teknik scoring  yang dilakukan secara subyektif dengan pemberian bobot pada setiap nilai parameter yang ada sesuai dengan tujuan pembuatan kemampuan lahan.


  1. Analisis Rawan Bencana longsor
Analisis rawan bencana longsor  dapat ditentukan dengan cara mengoverlay peta lereng, dan  geologi.
Pembagian zona untuk rawan bencana longsor:
  1. Zona Tipe A
Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung, lereng pegunungan, lereng perbukitan dan tebing sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40 %, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas perbukitan laut.
  1. Zona Tipe B
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan , dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter di atas permukaan laut.
  1. Zona Tipe C
Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai dengan 20% dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut.
Kriteria Aspek Fisik Alami
No.
Indikator
Bobot Indikator (%)
Sentivitas Tingkat Kerawanan
Bobot Penilaian
Nilai Bobot Tertimbang Tingkat Kerawanan Longsor
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 .
Kemiringan Lereng
30 % = 0,3
Tinggi
3
0,90
Sedabg
2
0,60
Rendah
1
0,30
2.
Kondisi Tanah
15 % = 0,15
Tinggi
3
0,45
Sedabg
2
0,30
Rendah
1
0,15
3.
Batuan Penyusun Lereng
20 % = 0,2
Tinggi
3
0,60
Sedabg
2
0,40
Rendah
1
0,20
4.
Curah Hujan
15 % = 0,15
Tinggi
3
0,60
Sedabg
2
0,40
Rendah
1
0,20
5.
Tata Air Lereng
7 % = 0,07
Tinggi
3
0,21
Sedabg
2
0,14
Rendah
1
0,07
6.
Kegempaan
3 % = 0,03
Tinggi
3
0,09
Sedabg
2
0,06
Rendah
1
0,03
7.
Vegetasi
10 % = 0,1
Tinggi
3
0,03
Sedabg
2
0,02
Rendah
1
0,01

Jumlah Bobot
100 %


0,96 – 2,88 (1,00 – 3,00)


Daerah Padang Pariaman Kecamatan Batang Gasan dan IV Koto Aur melintang. Setelah dilakukan analisis  rawan bencana longsor, maka didapatkan pada kawasan  rawan  bencana di wilayah  Pariaman Kecamatan Batang Gasan dan IV Koto Aur melintang yaitu berpotensi sedang dengan luas 188,5 km2.
Berikut peta kawasan longsor Batang Gasan dan IV koto Aur Malintang
C:\Users\vad_lea\Desktop\New folder\20141124_145942.jpg
  1. Rawan Bencana Banjir
Tipologi kawasan rawan banjir ada 2 yaitu
  1. Karakteristik kawasan
Terbagi lagi atas 4 daerah:
  1. Daerah pesisir atau pantai
  2. Daerah Dataran Banjir
  3. Daerah Sempadan Sungai
  4. Daerah cekungan


  1. Terbagi atas 3 tingkat yaitu:
  1. Rawan
  2. Tidak rawan
  3. Aman
Daerah Rawan Terkena Banjir
Alami (55 % = 0,55)
a.
Bentuk Lahan
( 30 % = 0,3)
Pegunungan, perbukitan
Kipas dan lahar
Dataran, teras
Dataran, teras (lereng < 2 %)
Dataran aluvial, lembah alluvial, jalur kelokan
Rendah
Agak rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
1
2
3
4
5
b.
Lereng lahan kiri – kanan sungai (%)
(10 % = 0,10)
>8  (Sangat Lancar)
2-8 (Agak Lancar)
<2 (Terhambat)
Rendah
Sedang
Tinggi
1
3
5
c.
Pembendungan oleh percabangan sungai/ air pasang
(10 % = 0,1)
Tidak ada
Anak Cabang Sungai Induk
Cabang Sungai Induk
Sungai induk/ Bottle neck
Pasang Air Laut
Rendah
Agak rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
1
2
3
4
5
d.
Meandering Sinusitas (P) = panjang/ jarak sungai sesuai belokan: jarak lurus
(5% = 0,05)
1,0 – 1,1
1,2 – 1,4
1,5 – 1,6
1,7 – 2,0
>2
Rendah
Agak rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
1
2
3
4
5


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan metode penskoran dari tabel diatas maka wilayah Padang pariaman kecamatan batang gasan dan empat koto aur malintang didapatkan analisis kerawanan banjir memiliki potensi aman 16,26km 2  tidak rawan 18 km 2  dan rawan dengan luas 154 km 2, dengan luas wilayah 188,5 km 2. Berikut peta kawasan banjir kecamatan Batang Gasan dan IV koto Aur Malintang
C:\Users\vad_lea\Desktop\New folder\20141124_150007.jpg
2.6 Potensi dan Kendala kecamatan Batang Gasan dan IV Koto Aur Malintang
C:\Users\vad_lea\Desktop\New folder\20141124_153847.jpg

Kecamatan Batang Gasan dan IV Koto Aur Malintang memiliki daerah yang memiliki kendala sekitar tebi pantai, karna daerah tersebut rawan banjir. Pagian tegah memiliki potensi sehingga daerah ini dapat di kembangkan dan dikelolo dengan baik.




Comments

Popular posts from this blog

CARA MERUBAH LINE MENJADI POLYGON PADA ArcMap 10.1

Layout Peta dengan Mudah Dengan ArcGis

Generalization, Eliminate, membersihkan data, menghilangkan polygon yang kecil, AcrGis, Toolboox,